Cara Membuat Garam
Tubuh manusia tidak dapat berfungsi
tanpa garam. Tidak mengherankan, garam telah berperan penting dalam
pembangunan manusia dan peradabannya.
Garam adalah pengawet pertama untuk
makanan, yang memungkinkan manusia bisa melakukan perjalanan dan
perdagangan jauh. Zaman Romawi kuno tela menggunakan istilah garam
untuk alat pertama pembayaran . Istilah "salary" atau "gaji" berasal
dari bahasa Romawi "salarium," ketika itu para tentara dibayar (
sebagiannya) dengan garam (salt).
Pembuatan garam dapat dilakukan
dengan beberapa kategori berdasarkan perbedaan kandungan NaCl nya sebagai unsur
utama garam. Jenis garam dapat dibagi dalam beberapa kategori seperti; kategori
baik sekali, baik dan sedang. Dikatakan berkisar baik sekali jika mengandung kadar
NaCl >95%, baik kadar NaCl 90–95%, dan sedang kadar NaCl antara 80–90%
tetapi yang diutamakan adalah yang kandungan garamnya di atas 95%. Garam industri dengan kadar NaCl >95% yaitu
sekitar 1.200.000 ton sampai saat ini seluruhnya masih diimpor, hal ini dapat
dihindari mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan.
Kita beruntung hidup di negeri Indonesia
tercinta ini karena lebih dari 70 persen permukaan bumi berupa air.
Dari 70% itu 97 persennya mengandung garam, sedangkan sisanya air
tawar 3 %. Istilah yang tepat untuk proses pembuatan garam yang dimaksud di sini adalah pengambilan / pemisahan garam dari air laut.
![]() |
aliran air laut |
Untuk itu harus terlebih dahulu mengumpulkan air laut di kolam,
tambak, danau atau penampung (reservoir) khusus lainnya. Ini agar air
yang sudah dikumpulkan tidak terganggu oleh pasang air laut.
Reservoir dapat berupa buatan manusia maupun ciptaan alam, seperti
kolam, tambak, waduk atau danau. Tapi tanah yang pori-porinya halus akan
lebih baik karena memiliki dasar yang dapat mencegah air laut serta
kandungan mineralnya agar tidak banyak meresap ke dalam tanah.
![]() | ||
petani garam |
![]() |
petani memanen garam |
Berikutnya, hamparan air laut dijemur oleh panas matahari sampai warna
air berubah merah. Dalam skala luas, lebih murah menggunakan penguapan
matahari untuk membuat garam. Tentu dibutuhkan cuaca yang panas, karena
di musim hujan prosesnya akan sulit. Untuk skala kecil, bisa saja
menggunakan tungku dan panci.
Berikutnya, mengeringkan air garam. Beberapa pembuat garam mengetahui
sudah waktunya untuk menguras air garam ketika air berubah menjadi
merah. Warna merah berasal dari alga yang berubah warna akibat
konsentrasi garam yang semakin tinggi.
Berikutnya pengurasan air garam ke kolam kristalisasi atau tempat
pengasinan. Di sinilah natrium klorida - garam - akhirnya mengkristal di
dasar kolam.
Setelah garam mengkristal di bagian bawah reservoir, garam lalu
dipanen/dikumpulkan dengan alat garuk. Garam kristal ini masih harus
diproses agar bersih dan bisa dipakai, dikemas kemudian dipasarkan.
Diambil dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar